Senin, Agustus 12

Cerpen #2 : Balada Tulang Rusuk


.^^. Saya Uta, seorang gadis dengan usia memasuki kepala dua yang ingin bercerita sedikit tentang kisahnya. Saya tumbuh dari latarbelakang keluarga jawa tulen, walaupun tetap memiliki pengetahuan akan demokrasi teknologi masa kini. Menjadi anak dan cucu putri pertama di kedua keluarga orangtua merupakan anugrah yang pernah Tuhan berikan. Selama 20 tahun saya hidup, inilah saatnya jiwa saya berkembang dalam kematangan seorang wanita. Ya, tentang sang pemilik tulang rusuk ini.
                Mungkin Tuhan tidak dengan serta-merta mempertemukan saya dengan dia. Perlu waktu yang tidak sedikit dalam hidup saya untuk mengerti bagaimana itu cinta. Cinta yang muncul bukan dari orangtua ataupun saudara, melainkan dari seorang pria. Tuhan tidak akan memberitahu saya dengan pasti siapa dia dan seperti apa dia. Yang saya rasakan ketika sayang itu muncul, tidak akan melupakan saya untuk lebih mencintai diri sendiri. Dia seperti cermin. Sosok yang saya cintai membantu saya untuk lebih memahami diri saya sendiri.

                Kenangan buruk akan masa lalu seakan tertutup tanpa melukai hati saya ketika bertemu dengan mas Pras. Tuhan mungkinkah dia? Pria ini sudah lama berada hidup dan berkembang di lingkungan saya. Tanpa intens dan kepastian kami saling mengenal. Ya sekedar mengenal. Saya cukup tahu dia adalah seorang single fighter yang jauh dari orangtua. Tentang cinta, kami pun tak saling berbagi hingga waktu itu tiba. Tuhan inikah caramu?

        Kesakitan yang saya alami hampir bersamaan dengan runtuhnya hati mas Pras dari ketidakjujuran seorang wanita yang saat itu disisinya. Tuhan haruskah kami merasakan sakit ini terlebih dahulu? Pertemuan kami selanjutnya juga tidak berjalan mulus seperti romansa kelas teri yang muncul dilayar kaca. Tak semudah “berantem-luluh-jatuhcinta”. Karena kami memiliki masa proses ‘jatuh’ yang berbeda. Ada yang mengatakan pria jauh lebih cepat move on dari wanita, namun ketika waktu yang berbicara apalah daya kalimat tadi. Mungkin karena prinsip dan waktu menjadikan saya bangkit lebih dahulu dari mas Pras.

Kedekatan yang kami bangun pun harus mengalami masa kelabu dari sebuah kepastian. Ketika dia bisa memanggil saya dengan manis, saya pun tahu hatinya masih menangis dan memanggil nama lain, masih bukan saya. Tuhan saya sadar, saya tidak apa-apa. Ini masih dalam kehendakMu kan? Cara dia memandang saya, masih terlihat sosok penghancur dimatanya. Sorot matanya masih menunjukan kesedihan yang ingin rasanya saya cabik-cabik, tapi saya sadar Tuhan akan memberikan waktu terbaik untuk saya. Tuhan bukankah ini saya mulai jatuh cinta?

Saya hanya bisa berdoa seraya tegar melihat sosok mas Pras jauh lebih dalam. Kisah hidupnya bahkan penuh lika-liku yang tak perlu saya korek satu-persatu, karena saya tahu itu akan menyakitinya. Saya hanya perlu waktu untuk mengetahui siapa mas Pras yang sebenarnya. Dan inilah cara kejawen yang lebih dikenal dengan ‘bibit-bebet-bobot’. Tuhan beri saya waktu untuk mengenalinya, ya mengenali sang pemilik tulang rusuk, apakah dia mas Pras ya Tuhan?

Tahun ini lebaran kedua kami, dimana perkenalan masih saya dan mas Pras lanjutkan. Hati yang terluka lama-kelamaan tertutup rapat waktu. Tuhan sudahkah dia melihatku sebagai wanita dewasa?

Ketika saya berbicara kenyamanan dan kepastian, mungkin harus berkiblat kepadaMu. Kenyamanan yang saya dapat dari mas Pras masih harus menunggu kepastianMu. Tuhan bukankah dia telah berbaik hati menjagaku dari sifat egois terhadapMu?

Saya bahagia ketika saya bersamanya banyak orang yang mendoakan kami untuk memasuki jenjang yang lebih serius, atau yang lebih dikenal dengan istilah menikah. Bukankah itu indah Tuhan? Sosok mas Pras kian mengisi hari-hari saya. Namun kepastian belum juga muncul hingga sekarang. Mungkin karena usia saya yang baru mulai menjadi wanita. Dan juga tanggungjawab gelar sarjana yang orangtua kami dambakan. Teman-teman yang mengetahui kisah ini selalu mendambakan kisahnya seperti kami, lucu sekali. Melihatnya tersipu mendengar kelakuan kami dan terbelalak kaget ketika mengetahui hubungan kami tanpa status. Tuhan kami tidak egois terhadapMu kan? Kami tidak bermain istilah untuk mengikat satu sama lain, namun dibalik semua ini kepercayaan dan kesetiaan kami jauh lebih terjalin erat tanpa mengaku-aku kan dia milik saya, atau saya milik dia, karena kami sadar kami milikMu, kami dipertemukan olehMu dan kami menungguMu untuk mempersatukan kami atas izinMu. Tuhan kuatkan saya, dia, kami...

Tuhan, jika waktu saya masih ada izinkan mas Pras memasuki keluarga saya dengan baik. Izinkan pintu rejeki yang mengalir untuk dia. Kuatkan kami dalam keadaan apapun, hingga waktu itu tiba, izinkan dia meminangku dengan tulus ikhlas. Saya tidak bisa berharap lebih kepada dia karena saya tahu Sang Maha Pemberi Harap adalah Engkau, ya Rabb. Karena hanya dengan izinMu saya dapat kembali menjadi satu dengan sang pemilik tulang rusuk... mas Pras, tetaplah berdoa dan berusaha mengenaliku...