
Mungkin
Tuhan tidak dengan serta-merta mempertemukan saya dengan dia. Perlu waktu yang
tidak sedikit dalam hidup saya untuk mengerti bagaimana itu cinta. Cinta yang
muncul bukan dari orangtua ataupun saudara, melainkan dari seorang pria. Tuhan
tidak akan memberitahu saya dengan pasti siapa dia dan seperti apa dia. Yang saya
rasakan ketika sayang itu muncul, tidak akan melupakan saya untuk lebih
mencintai diri sendiri. Dia seperti cermin. Sosok yang saya cintai membantu
saya untuk lebih memahami diri saya sendiri.
Kenangan
buruk akan masa lalu seakan tertutup tanpa melukai hati saya ketika bertemu
dengan mas Pras. Tuhan mungkinkah dia? Pria ini sudah lama berada hidup dan
berkembang di lingkungan saya. Tanpa intens dan kepastian kami saling mengenal.
Ya sekedar mengenal. Saya cukup tahu dia adalah seorang single fighter yang jauh
dari orangtua. Tentang cinta, kami pun tak saling berbagi hingga waktu itu
tiba. Tuhan inikah caramu?
Kesakitan
yang saya alami hampir bersamaan dengan runtuhnya hati mas Pras dari
ketidakjujuran seorang wanita yang saat itu disisinya. Tuhan haruskah kami
merasakan sakit ini terlebih dahulu? Pertemuan kami selanjutnya juga tidak
berjalan mulus seperti romansa kelas teri yang muncul dilayar kaca. Tak semudah
“berantem-luluh-jatuhcinta”. Karena kami memiliki masa proses ‘jatuh’ yang
berbeda. Ada yang mengatakan pria jauh lebih cepat move on dari wanita, namun
ketika waktu yang berbicara apalah daya kalimat tadi. Mungkin karena prinsip
dan waktu menjadikan saya bangkit lebih dahulu dari mas Pras.
Kedekatan yang
kami bangun pun harus mengalami masa kelabu dari sebuah kepastian. Ketika dia
bisa memanggil saya dengan manis, saya pun tahu hatinya masih menangis dan
memanggil nama lain, masih bukan saya. Tuhan saya sadar, saya tidak apa-apa. Ini
masih dalam kehendakMu kan? Cara dia memandang saya, masih terlihat sosok
penghancur dimatanya. Sorot matanya masih menunjukan kesedihan yang ingin rasanya
saya cabik-cabik, tapi saya sadar Tuhan akan memberikan waktu terbaik untuk
saya. Tuhan bukankah ini saya mulai jatuh cinta?
Saya hanya
bisa berdoa seraya tegar melihat sosok mas Pras jauh lebih dalam. Kisah hidupnya
bahkan penuh lika-liku yang tak perlu saya korek satu-persatu, karena saya tahu
itu akan menyakitinya. Saya hanya perlu waktu untuk mengetahui siapa mas Pras
yang sebenarnya. Dan inilah cara kejawen yang lebih dikenal dengan ‘bibit-bebet-bobot’.
Tuhan beri saya waktu untuk mengenalinya, ya mengenali sang pemilik tulang
rusuk, apakah dia mas Pras ya Tuhan?
Tahun ini
lebaran kedua kami, dimana perkenalan masih saya dan mas Pras lanjutkan. Hati yang
terluka lama-kelamaan tertutup rapat waktu. Tuhan sudahkah dia melihatku
sebagai wanita dewasa?
Ketika saya berbicara
kenyamanan dan kepastian, mungkin harus berkiblat kepadaMu. Kenyamanan yang
saya dapat dari mas Pras masih harus menunggu kepastianMu. Tuhan bukankah dia
telah berbaik hati menjagaku dari sifat egois terhadapMu?
Saya bahagia
ketika saya bersamanya banyak orang yang mendoakan kami untuk memasuki jenjang
yang lebih serius, atau yang lebih dikenal dengan istilah menikah. Bukankah itu
indah Tuhan? Sosok mas Pras kian mengisi hari-hari saya. Namun kepastian belum
juga muncul hingga sekarang. Mungkin karena usia saya yang baru mulai menjadi wanita.
Dan juga tanggungjawab gelar sarjana yang orangtua kami dambakan. Teman-teman
yang mengetahui kisah ini selalu mendambakan kisahnya seperti kami, lucu
sekali. Melihatnya tersipu mendengar kelakuan kami dan terbelalak kaget ketika
mengetahui hubungan kami tanpa status. Tuhan kami tidak egois terhadapMu kan? Kami
tidak bermain istilah untuk mengikat satu sama lain, namun dibalik semua ini
kepercayaan dan kesetiaan kami jauh lebih terjalin erat tanpa mengaku-aku kan
dia milik saya, atau saya milik dia, karena kami sadar kami milikMu, kami
dipertemukan olehMu dan kami menungguMu untuk mempersatukan kami atas izinMu.
Tuhan kuatkan saya, dia, kami...
Tuhan, jika waktu
saya masih ada izinkan mas Pras memasuki keluarga saya dengan baik. Izinkan pintu
rejeki yang mengalir untuk dia. Kuatkan kami dalam keadaan apapun, hingga waktu
itu tiba, izinkan dia meminangku dengan tulus ikhlas. Saya tidak bisa berharap
lebih kepada dia karena saya tahu Sang Maha Pemberi Harap adalah Engkau, ya
Rabb. Karena hanya dengan izinMu saya dapat kembali menjadi satu dengan sang
pemilik tulang rusuk... mas Pras, tetaplah berdoa dan berusaha mengenaliku...